''PERUBAHAN SOSIAL TERMINAL GIWANGAN''
A.
Sejarah terminal Giwangan dan gambaran umum seputar terminal Giwangan
Sejarah terminal Giwangan
Giwangan
adalah salah satu desa yang terletak di pinggiran kota Yogyakarta, Desa Giwangan dulunya sangat
sepi. Sekitar tahun 80an
di selatan Giwangan dibangun kompi brimob Gondowulung, akibat berdirinya kompi
brimob Desa Giwangan
menunjukkan perkembanganan perekonomiannya
dengan berdirinya perumahan, kampus dan Pasar
Giwangan, ringroad dan Terminal Giwangan.
Dahulu terminal Yogyakarta berada di
belakang Polsek Umbulharjo, Tahun 2002 Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
membangun terminal giwangan dan tahun 2004 terminal tersebut beroperasi. Lokasi
tempat terminal Giwangan dahulunya merupakan sawah yang luas dan juga merupakan
tempat yang sangat strategis. Di
tengah
terminal ada pemakaman umum yang tidak bisa dipindahkan karena makam tersebut
adalah makam tokoh masyarakat setempat.
Lokasi
terminal Giwangan tidak jauh dari sebuah madrasah yaitu MTs Negeri Yogyakarta
II. Sehubungan dengan adanya madrasah tersebut membuat kampung Mendungan sangat
ideal bagi lokasi penyelenggaraan pendidikan. Namun seiring dengan kebijakan
pemerintah Kota Yogyakarta, yakni dengan pembangunan terminal Giwangan,
perubahan suasana kampung Mendungan mulai terasa. Hal ini terlihat dari
mobilitas dan perubahan sosial serta tingkat kebisingan yang mulai terasa,
Kenyamanan dan ketenangan yang sebelumnya begitu mendukung dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran lambat laun mulai terasa sekalipun belum
begitu berpengaruh. Disisi lain perubahan dan perkembangan tersebut sebenarnya
memberi dampak positif bagi Madrasah, karena akses untuk menuju ke Madrasah
Tsanawiyah Negeri yogyakarta II semakin mudah. Tahun
2006 Yogyakarta dilanda bencana gempa bumi yangmana
terminal Giwangan juga tidak luput dari kerusakan, tetapi dapat
diperbaiki sehingga busa beroperasi hingga sekarang. (http://www.mtsn2yogya.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3&Itemid=5,
19:25)
Gambaran
umum terminal
Giwangan
Yogyakarta,
sebagai ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan kota yang tidak terlalu
sibuk, kota yang bukan berbasis industri dan bisnis, tetapi pergerakan manusia
dari kota dan ke kota ini cukup banyak. Pembangunan Terminal Penumpang Tipe A
Giwangan Yogyakarta dilakukan sejak September 2002 dan selesai Agustus 2004
serta langsung diaktifkan pada bulan September 2004. Pembangunan terminal
terwujud dalam bentuk kerjasama operasional dengan sistem Built Operated
Transfered (BOT) antara Pemerintah Kota dengan investor swasta PT Perwita
Karya selama 30 tahun sejak September 2002 hingga September 2032. Kerjasama
dengan bentuk Manajemen operasional terminal ditangani oleh Unit Pengelola
Teknik Daerah (UPTD) Pengelola Terminal Dinas Perhubungan dan Manajemen sarana
dan prasarana terminal dikelola oleh PT Perwita Karya yang mempunyai wewenang
dan tujuan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan melalui pemanfaatan sarana
prasarana fasilitas penunjang dan tambahan terminal. Pembanguan terminal ini dipimpin
oleh Imanudin Azis. Terminal ini dibangun untuk menggantikan dan
menutupi kekurangan terminal sebelumnya, yaitu terminal Umbulharjo yang telah
bertahun-tahun melayani penumpang bus. Terminal Penumpang Yogyakarta atau yang
juga disebut Terminal Giwangan dibangun di atas lahan seluas 5,8 ha di tepi Jl.
Lingkar Selatan. Akses jalan sekitarnya dilayani oleh outer
ring road selatan, Jalan Imogiri dan Jalan Gunomerico. Terminal
Giwangan mengikuti tata ruang Perda No. 6 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang
Untuk Kota (RTRUK). Sebagai satu-satunya terminal bertipe A, terminal ini mampu
mengurangi kepadatan lalu lintas yang terjadi di pusat kota. Selain itu,
kehadirannya di kawasan Giwangan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar.
Sebagai
tipe A terbesar di Indonesia, terminal Giwangan menghubungkan beberapa kota besar
di Indonesia seperti Bali, Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, Riau, dan
Mataram, serta Bali dan Nusa Tenggara.
Bangunan
terminal kebanyakan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan untuk
aktivitas angkutan umum yang dibagi per wilayah dan jenis angkutan. Misalnya
untuk angkutan AKAP diletakkan di ujung timur terminal dan AKDP di bagian
tengah. Kemudian lantai kedua untuk aktivitas para pengguna jasa transportasi
dan termasuk di dalam lantai dua, terdapat ruang tunggu dan berbagai fasilitas
penunjang lain. Tabel 1 menunjukan bagian-bagian utama terminal Giwangan.
Tabel 1
Bagian Utama
Terminal Giwangan
No
|
Bagian
|
Keterangan
|
1
|
Pemberangkatan
|
Bus
perkotaan, AKDP, dan AKAP
|
2
|
Ruang
Tunggu
|
Lantai Dua
|
3
|
Blok A dan
B
|
Pusat Perbelanjaan
|
4
|
Blok C
|
Warung
Makan
|
5
|
Blok D, E
dan M
|
Agen Bus
|
6
|
Blok F
|
Pusat
Oleh-oleh
|
7
|
Kantor
Pengelola
|
Pemerintah
Kota
|
8
|
UPTD
Terminal
|
Dinas
Perhubungan
|
Adapun
lingkungan yang membatasi lokasi terminal Giwangan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Batas
Wilayah Terminal Giwangan
Arah Mata
Angin
|
Batas
|
Utara
|
Pemukiman
penduduk, kelurahan Umbulharjo
|
Timur
|
SPBU
Pertamina
|
Selatan
|
Ringroad
Selatan, Imogiri
|
Barat
|
Pasar
Induk Giwangan, Pondok Pesantren Mahasiswa Stikes Surya Global
|
Di terminal
Giwangan juga terdapat fasilitas layanan umum, seperti:
1.
Pengobatan,
2. Informasi
dan pengaduan,
3. Kantor
organisasi angkutan darat (ORGANDA),
4.
Keamanan.
Fasilitas
layanan umum tersebut dapat digunakan oleh setiap penumpang yang
membutuhkannya.
Terminal
Giwangan disebut juga sebagai terminal BERTAMAN (Bersih, Tertib, Aman, Nyaman,
dan Berwawasan Lingkungan). Untuk menciptakan kelancaran aktivitas transportasi
dan kenyamanan pengguna jasa transportasi, disediakan berbagai macam fasilitas,
seperti:
1.
Fasilitas Utama:
a.
Jalur pemberangkatan,
b.
Jalur kedatangan,
c.
Tempat parkir kendaraan selama
menunggu keberangkatan, termasuk tempat tunggu dan istirahat kendaraan umum,
d.
Bangunan kantor terminal,
e.
Ruang tunggu penumpang atau
pengantar,
f.
Menara pengawas,
g.
Loket penjualan karcis,
h.
Rambu-rambu dan papan informasi ( petunjuk
jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan ).
2.
Tersedia pula beberapa fasilitas
pendukung lain seperti:
a.
Kamar kecil atau WC,
b.
Musholla,
c.
Kantin atau rarung makan,
d.
Telepon umum,
e.
Tempat bermain bilyard,
f.
Penginapan,
g.
Tempat penitipan barang, dan
h.
Taman.
Fasilitas-fasilitas
yang ada di terminal ditambahkan demi kenyamanan penumpang. Sebut saja subway
untuk penurunan penumpang, parkir bus
antarkota dan dalam kota yang sengaja dipisah, ruang tunggu, tempat ibadah, dan
kios-kios jajanan serta oleh-oleh.
Untuk memantau kegiatan dalam
terminal Giwangan, Yogyakarta, petugas juga
mengoptimalkan pengoperasian tiga CCTV (closed circuit television) di
terminal itu. Ketiga alat itu dipasang di ruang tunggu penumpang, pintu
kedatangan bus, dan jalan masuk terminal. Dengan adanya alat itu diharapkan
pengawasan bisa berjalan lebih efektif. Dengan pengawasan ini diharapkan juga
mampu mengantisipasi tindak kejahatan terhadap penumpang seperti
pencopetan dan pembiusan seperti yang biasanya terjadi di terminal.
Akan tetapi, munculnya
tempat penginapan di terminal Giwangan memungkinkan terjadinya prostitusi dan
tindak penyimpangan lain yang akan berpengaruh pada nilai-nilai, norma, dan
kebudayaan yang ada di masyarakat. Tidak hanya itu saja, di Terminal Giwangan
juga terdapat tempat biliard. Hal ini merupakan hal yang sungguh luar biasa,
jarang dan mungkin tidak ada terminal yang menyediakan tempat biliard bagi para
pengunjung terminal. Tujuan dari penyediaan tempat biliard ialah untuk
memberikan sarana hiburan bagi para penumpang yang menunggu kedatangan bus.
Namun, hal ini dapat memicu terjadinya hal-hal negatif yang notabene biliard
cenderung mengarah pada penyimpangan.
B.
Perubahan
Struktur, nilai, dan norma masyarakat sekitar Giwangan setelah berdirinya
terminal Giwangan
Setelah dibangunnya terminal Giwangan,
mulai tampak perubahan pada struktur, nilai, dan norma sosial yang ada pada
masyarakat. Pelapisan masyarakat banyak didasarkan pada tingkat kekayaan
seseorang dan tingkat pendidikan. Dan mobilitas sosial bersifat lebih terbuka
dan tidak kaku. Masyarakat cenderung lebih mudah untuk berpindah dari satu
strata ke strata yang lain. Dalam hal nilai dan norma sosial, masyarakat
banyak mengalami perubahan dibandingkan
dengan sebelum dibangunnya terminal Giwangan. Nilai masyarakat yang memiliki
sifat kekerabatan yang erat beralih menjadi lebih kendor dan individualis serta
matrealistis. Nilai-nilai keagamaan yang ada di dalam masyarakat pun mengalami
perubahan yang cukup signifikan. Masyarakat yang tadi cukup kuat memegang nilai
agamanya menjadi cenderung melemah. Seperti tergambar pada banyaknya bermunculan
tempat-tempat yang mengundang kemaksiatan yaitu penginapan dan tempat biliard.
Adapun faktor yang menyebabkan perubahan di masyarakat Yogyakarta khususnya di
sekitar teminal Giwangan itu sendiri antara lain:
1.
Faktor intern
Masyarakat di sekitar
terminal Giwangan mengalami banyak perubahan disebabkan dari masyarakat terminal Giwangan itu sendiri
yang menginginkan perubahan demi kesejahteraan hidup mereka.
2.
Faktor ekstern
Perubahan yang dialami
oleh masyarakat di sekitar terminal Giwangan ialah sebagian besar disebabkan
karena adanya pengaruh dari kontak kebudayaan masyarakat lain (luar). Terminal sebagai tempat pemberhentian, tentunya
banyak di lewati dan disinggahi oleh banyak orang dari berbagai daerah dan
pastinya membawa kebiasaan dan kebudayaan masing-masing yang secara tidak
langsung merubah perilaku, nilai, norma masyarakat sekitar terminal.
Sedangakan
proses perubahan yang dialami masyarakat terminal Giwangan relatif cukup
singkat dan cepat. Karena pembangunan terminal itu sendiri hanya membutuhkan
waktu 2 tahun, dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dan langsung dioperasikan
sebagai terminal besar yang melayani penumpang antarkota, antarprovinsi maupun
antarpulau. Dengan adanya terminal ini pula masyarakat dengan cepat mengalami
mobilitas sosial.
Suatu
pembangunan tentunya mempunyai dampak, baik itu dampak positif maupun dampak
negatif. Dampak positif dari pembangunan terminal Giwangan antara lain sebagai
berikut:
1.
Masyarakat
sekitar Giwangan khususnya mendapatkan mata pencaharian baru, baik itu sebagai
penjual oleh-oleh maupun penjual tiket.
2.
Dengan adanya
mata pencaharian baru secara langsung akan mengurangi pengngguran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
3.
Pemerintah Daerah
mendapatkan pendapatan, yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan demi
kepentingan bersama.
4.
Dengan adanya terminal
mempermudah masyarakat karena banyak disediakan alternatif moda transportasi.
Adapun dampak negatif yang
ditimbulkan dari adanya terminal giwangan yaitu:
1.
Menimbulkan
polusi baik itu polusi udara karena banyak kendaran-kendaraan besar yang
berlalu lalang sehingga mempengaruhi kesehatan masyarakat.
2.
Timbulnya tindak
kejahatan, terutama banyak dijumpai ketika menjelang hari raya. Banyak yang
memanfatkan moment tersebut untuk melakukan tindak pencurian dan pembiusan.
C.
Pengaruh Pembangunan Terminal Giwangan terhadap
masyarakat sekitar
Pembangunan
terminal Giwangan di Yogyakarta tidak dapat dipungkiri pasti memberikan
pengaruh bagi masyarakat, terutama masyarakat sekitar terminal. Pembangunan
tersebut memberikan pengaruh di berbagai bidang kehidupan masyarakat seperti
sosial, ekonomi, dan sebagainya. Pengaruh ini sendiri sebenarnya hampir sama dengan
dampak yang ditimbulkan seperti yang sudah dijelaskan diatas, namun disini akan
dipaparkan lebih jelas, dimana terminal giwangan berpengaruh besar terhadap
kehidupan masyarakat diantaranya:
1.
Bidang sosial
a.
Menciptakan transportasi
yang tertib dan nyaman.
b.
Mengurangi
kemiskinan.
Dengan
dibangunnya terminal Giwangan munculah lapangan kerja yang lebih luas untuk
masyarakat.terlebih dengan dibangunnya fasilitas di dalam terminal berupa
kios-kios yang digunakan untuk berdagang.
Hal inilah yang dimaksudkan terminal Giwangan mampu memberikan lapangan
pekerjaan bagi warga di sekitar terminal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pedagang asongan dan usaha-usaha
seperti restaurant kecil yang menawarkan beragam
masakan, dari nasi rames, gudeg, masakan padang, soto ayam, dan sebagainya.
Banyaknya kios-kios berbagai makanan khas, seperti geplak, bakpia, yangko
hingga intip. Yang paling sering dijumpai adalah adanya usaha penjualan tiket bus atau travel dan masih banyak pekerjaan-pekerjaan
lain yang ada di sekitar terminal Giwangan. Dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang ada maka
pendapatan masyarakat pun meningkat. Pendapatan masyarakat yang meningkat
tersebut akan membuat kesejahteraan masyarakat pun akan mengalami peningkatan.
Sehingga tingkat kemiskinan masyarakat akan mengalami penurunan.
c.
Mengurangi
jumlah pengangguran.
Terminal Giwangan
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kesejahteraan masyarakat sekitar
terutama dalam hal ekonomi. Pembangunan terminal Giwangan ini cukup membantu
pemerintah daerah Yogyakarta dalam mengurangi tingkat pengangguran. Masyarakat
dapat lebih mudah mendapatkan pekerjaan karena semakin terbukanya lapangan
pekerjaan.
d. Memudahkan akses transportasi masyarakat.
Setelah
adanya terminal giwangan masyarakat akan lebih mudah menemukan alat
transportasi sesuai yang dibutuhkan. Sehingga akan memudahkan masyarakat untuk
menjangkau tempat-tempat yang akan menjadi tujuannya.
e.
Memicu adanya
tindak kriminalitas
Apabila
kita mendengar kata terminal biasanya yang muncul dalam benak kita ada preman,
copet, dan terkadang sopir-sopir bus “nakal”. Pusat-pusat keramaian seperti
terminal merupakan salah satu tempat yang megundang mereka untuk melakukan
tindak kriminalitas.
f.
Keberadaan terminal
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu permasalahan pencemaran udara bagi lingkungan disekitarnya
khususnya dapat menggangu kenyamanan penumpang.
2.
Bidang
ekonomi
Pembangunan terminal
Giwangan memberikan pengaruh yang sangat besar
terutama di bidang ekonomi. Dengan adanya pembangunan terminal,
masyarakat disekitar terminal mengalami perubahan yang cukup signifikan.
a. Meningkatan
pendapatan pemerintah daerah
Dengan
pemberian otonomi kepada daerah Kabupaten dan Kota, maka memungkinkan daerah
yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tanggannya sendiri untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaran pemerintah dalam rangka
pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Untuk dapat mengurus
dan membiayai rumah tanggannya sendiri maka pemerintah daerah diberi kewenangan
secara luas untuk menggali potensi daerah yang ada untuk dijadikan sebagai
sumber keuangan daerah.
Salah
satu sumber pendapatan yang dapat digali dan dikelola serta dimanfaatkan secara
lebih intensif oleh masing-masing daerah adalah Pendapatan Asli Daerah. Semakin
besar keuangan daerah maka akan semakin besar pula kemampuan daerah untuk dapat
memberikan pelayanan bagi masyarakat dan daerahnya.
Daerah
Giwangan merupakan salah satu daerah dalam wilayah Yogyakarta yang mempunyai prospek yang cukup baik dalam
mengelola Retribusi terminal sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah.
Mengingat adanya terminal Giwangan yang merupakan terminal terbesar di
Indonesia. Sebagai salah satu terminal terbesar di Indonesia, sudah pasti
terminal Giwangan disinggahi banyak angkutan dan bis umum dari seluruh kota
besar di Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Setiap bus yang akan memasuki
area terminal Giwangan sendiri akan dikenai biaya sebesar Rp 2.000,- sehingga
pendapatan dari terminal itupun cukup besar.
Hal
inilah yang mampu memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan retribusi
terminal sebagai salah satu pendapatan daerah yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pembangunan dan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah Giwangan, Yogyakarta.
b.
Pendapatan warga
bertambah
Selain
pendapatan pemerintah daerah yang bertambah, pendapatan warga juga mengalami
peningkatan, karena sebagin besar warga berjualan, mengisi kios-kios yang ada.
Sip lah
BalasHapusbisa jadi bahan referensi buat adik-adikmu