Rabu, 21 Desember 2011



PENGARUH GLOBAL WARMING DI PERMUKAAN BUMI
Perubahan iklim global yang menjadi perhatian masyarakat dunia adalah gejala global warming yang diketahui terjadi sebagai akibat dari penipisan lapisan ozon di lapisan stratosfir. Penipisannya berakibat meningkatnya suhu udara di permukaan bumi, dan menimbulkan gejala global warming. Sementara itu, banyaknya kejadian eksploitasi hutan secara besar-besaran yang mengakibatkan penggundulan hutan, erosi , banjir, dan bencana banjir yang terus terjadi sekarang ini (terutama di negara berkembang), juga dituding sebagai penyebab terjadinya gejala rumah kaca (GRK) atau sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. karena, penggundulan hutan-hutan secara besar-besaran yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer dan permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global. Dampak dari penggundulan hutan itu adalah menurunkan penyerapan CO2 oleh pepohonan yang ditebang secara besar-besaran yang kini dialami oleh Negara-negara industry maju diindikasikan sebagai penyebab utama kondisi pemanasan global ( global warming).
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim, antara lain terlihat dari curah hujan di bawah normal, sehingga masa tanam terganggu, dan meningkatnya curah hujan di sebagian wilayah. Kondisi tata ruang, daerah resapan air, dan sistem irigasi yang buruk semakin memicu terjadinya banjir, termasuk di area persawahan. Sebagai gambaran, pada 1995 hingga 2005, total tanaman padi yang terendam banjir berjumlah 1.926.636 hektare. Dari jumlah itu, 471.711 hektare di antaranya mengalami puso. Sawah yang mengalami kekeringan pada kurun waktu tersebut berjumlah 2.131.579 hektare, yang 328.447 hektare di antaranya gagal panen.
Dampak buruk perubahan iklim akan paling dirasakan warga miskin di Indonesia. "Perubahan iklim mengancam akan menyabot perjuangan Indonesia melawan kemiskinan," kata Hakan Bjorkman, Direktur UNDP (Badan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk Indonesia dalam peluncuran laporan terbaru tentang dampak perubahan iklim terhadap Indonesia. Hakan menjelaskan, penduduk miskin di seluruh Indonesia sudah dilanda cukup banyak persoalan. Maka, imbuh dia, dampak perubahan iklim akan makin menambah tekanan pada mekanisme penanggulangan yang sudah memikul beban lebih. Laporan UNDP ini diluncurkan menjelang Sidang PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali 3-14 Desember mendatang. Laporan ini terutama hendak memberikan gambaran suram mengenai dampak pemanasan global terhadap usaha Indonesia menurunkan angka kemiskinan. Seperti: Perubahan musim dan curah hujan ini mengakibatkan gagal panen yang pasif bagi para petani.
Sementara kenaikan muka air laut mempercepat erosi di wilayah-wilayah pesisir, memicu intrusi air laut ke air tanah, dan menenggelamkan pulau-pulau kecil. Tak seorang pun akan luput dari perubahan iklim. Namun, berbagai pengaruhnya dapat dirasakan lebih parah oleh masyarakat yang paling miskin, mereka yang hidup di wilayah paling pinggiran, yang antara lain rentan terhadap banjir dan longsor. Karena,  mereka kebanyakan mencari nafkah dengan bertani dan menjadi nelayan, sumber nafkah mereka juga amat rentan terhadap perubahan iklim. Mereka juga hanya memiliki sumber daya terbatas untuk menanggung bencana sehingga bencana apa pun yang menimpa, akan membuat mereka mesti kehilangan harta benda yang seadanya itu. Pada masa-masa sulit mereka mungkin terpaksa menjual, misalnya tanah mereka, sepeda, atau peralatan pertanian. Kondisi inilah yang akan membuat mereka makin kesulitan mempertahankan sumber penghidupannya akibat dari penggundulan hutan secara besar-besaran yang menyebabkan banjir, longsor, dan erosi yang menyebabkan hilangnya mata pencaharian mereka. 
Referensi: Sumaatmadja, Nursid. 1999. Konsep Dasar Geografi. Jakarta: Universitas Terbuka.




1 komentar: